Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional
materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan Sudrajat (Rohati,2011:68).
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Untuk itu bahan ajar hendaknya
disusun agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar
merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat
mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga
secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Mahyuni (2012:38) berpendapat ada tiga prinsip yang
diperlukan dalam pengembangan bahan ajar. Ketiga prinsip itu adalah relevansi,
konsistensi, dan kecukupan. Relevansi artinya keterkaitan atau hubungan yang
erat. Kekonsistensi maksudnya keajagan tetap. Kecukupan maksudnya secara
kuantitatif materi tersebut memadai untuk dipelajari.
Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan
erat, maksudnya adalah materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan adalah
menghafalkan fakta, materi yang disajikan adalah fakta. Kalau kompetensi dasarnya
meminta kemampuan melakukan sesuatu, materi pelajarannya adalah prosedur atau
cara melakukan sesuatu.
Prinsip konsistensi adalah ketatabahasaan dalam
pengembangan bahan ajar. Misalnya kompetensi dasar meminta kemampuan siswa
untuk mengusai tiga konsep, materi yang disajikan juga tiga macam. Umpamanya
kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa adalah menentukan fungsi dan
relasi, materinya sekurang-kurangnya pengertian fungsi dan relasi, cara
menentukan fungsi dan relasi , dan cara menggambarkan fungsi. Artinya apa yang
diminta itulah yang diberikan.
Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan
hendaknya cukup memadai untuk mencapai kompetensi dasar. Materi tidak terlalu
sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika materi terlalu sedikit, kemungkinan
siswa tidak akan dapat mencapai kompetensi dasar dengan memanfaatkan materi
itu. Kalau materi terlalu banyak akan banyak pula menyita waktu untuk
mempelajarinya. Kemudian dilanjutkan Nieveen (Gravemeijer, 2013:165) A high quality material referred to three
critetia quality namely, validity,practicality and effectiveness. dengan
kata lain bahan ajar yang baik harus memenuhi tiga kriteria, ketiga kriteria tersebut ialah valid, praktis dan efektif.
Valid memiliki arti bahasa “seperti dan semestinya, berlaku atau
sahih”. Menurut Nieveen (Gravemeijer, 2013: 165)
Validity refers to the extent that the design of the
intervention include "state of the art knowledge" (content validity)
and the various components of the intervention are consistently linked to each
other (construct validity). Maksudnya adalah aspek validitas dari
material dilihat dari apakah berbagai komponen dari material itu terkait secara
konsisten antara satu dengan yang lainnya, sehingga sebuah bahan ajar dikatakan
valid jika bahan ajar dirancang berdasarkan rasional teoritik yang kuat dan
berbagai komponen dalam bahan ajar tersebut konsisten secara internal. Dalam
penelitian ini, kevalidan bahan ajar didasarkan menurut penilaian para
ahli/validator
Praktis dalam arti bahasa bermakna “mudah digunakan dalam praktek”.
Sedangkan definisi praktis menurut Nieven (Gravemeijer, 2013:165), Practicality refers to the extent that users (teachers and pupils) and
other experts consider the intervention as appealing and usable in normal
conditions (aspek kepraktisan dari
material dilihat dari apakah guru dan siswa dapat menggunakan material tersebut
dengan mudah). Bahan ajar dikatakan praktis jika hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa para siswa sebagai pengguna bahan ajar menganggap bahwa bahan
ajar tersebut memenuhi kebutuhan, harapan, dan batasan-batasan
Efektif menurut arti bahasa adalah “dapat menimbulkan akibat, efek,
atau pengaruh yang signifikan”. Effectiveness refers to the
extent that the experiences and outcomes from the intervention are consistent
with the intended aims,
Nieveen (Gravemeijer, 2013:165). Dengan kata lain untuk
mengukur tingkat keefektifan dilihat dari tingkat penghargaan siswa dalam
mengikuti sebuah pembelajaran dan keinginan siswa untuk terus mengikuti
pembelajaran tersebut. Sebuah bahan ajar jika bahan ajar secara positif
berdampak pada siswa
Dalam mengembangkan bahan ajar yang baik, menurut
Setiawan (2007:1.37) ada lima langkah utama yang sebaiknya diikuti, yaitu
sebagai berikut ini.
2.1 prosedur pengembangan bahan ajar
Sumber
: Setiawan (2007:1.37)
- Tahap analisis merupakan tahap untuk mencari informasi mengenai perilaku dan karakteristik awal yang dimiliki siswa.
- Tahap perancangan adalah tahap perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan hasil analisis, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dam sumber, serta pemilihan strategi pembelajaran.
- Tahap mengembangkan merupakan tahap penulisan bahan ajar secara utuh.
- Tahap evaluasi merupakan tahap yang harus dilalui untuk memperoleh masukkan bagi penyempurnaan bahan ajar yang telah dikembangkan. Ada empat cara yang dapat dilakukan, yaitu telaah oleh ahli materi, uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil, dan ujicoba lapangan.
- Berdasarkan komentar yang diperoleh pada setiap tahap evaluasi, revisi dilakukan terhadap bagian bahan ajar yang perlu diperbaiki dan penyesuaian pada bagian lainnya agar bahan ajar yang dikembangkan tersebut menjadi bahan ajar yang utuh dan terpadu.
Faktor
yang Dipertimbangkan dalam Mengembangkan Bahan Ajar
Beberapa faktor yang
menjadi masalah kebahasaan dalam pengembangan bahan ajar meliputi: (1) Kalimat
bermasalah yang mencolok dalam aspek keefektifan yang berupa kalimat baku,
pemakaian kata dan kata penghubung yang sia-sia, (2) kalimat bermasalah dalam
aspek keilmiahan, yaitu kalimat yang tidak efektif dan tidak hemat dalam
pemakaian kelompok kata, (3) kalimat bermasalah pada penerapan EYD berupa (kekurangan
tanda baca, ketidaktepatan pemakaian tanda baca, serta penulisan kata yang
tidak tepat), dan (4) aspek kebakuan berupa tidak adanya subjek dan predikat,
pemakaian kata yang tidak tepat dan pemakaian ungkapan yang tidak tepat
(Supriadi, 2009:79) beberapa pendapat tersebut merupakan hal penting dalam
penggunaan dan pengembangan bajan ajar untuk mendapatkan kualitas bahasa baku
yang baik dan mudah dipahami oleh pembaca.
Disamping itu menurut Steffen-Peter
Ballstaedt (Depdiknas, 2008:18) bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut:
-
susunan
tampilan, yang menyangkut: urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat
daftar isi, struktur, stuktur koqnitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
-
Bahasa
yang mudah, menyangkut : menggalinya kosa kata, jelasmya kalimat, jelasnya
hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
-
Menguji
pemahaman, yang menyangkutL menilai melalui orangnya, checklist untuk pemahaman.
-
Stimulan,
yang menyangkut : enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk
berpikir, menguji stimulan.
-
Kemudahan
dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak
terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
-
Materi
instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja
(work sheet)
-
Kemudian ditambahkan oleh Setiawan (2007:1.40)
pengembangan bahan ajar oleh guru, selain membutuhkan kreativitas unik, juga
membutuhkan pengetahuan guru terhadap lingkungan sekitarnya agar bahan ajar
yang dikembangkan sesuai dengan ketersediaan bahan/materi di sekitarnya (akrab
lingkungan, berwawasan budaya) di samping itu guru juga harus memahami
faktor-fakor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar seperti
kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan, penggunaan bahasa, ilustrasi,
perwajahan/pengemasan, serta kelengkapan komponen bahan ajar.
a. Kecermatan
isi
Kecermatan isi adalah
validitas/kesahihan isi atau kebenaran isi secara ilmiah dan keselarasan isi
berdasarkan system nilai yang dianut oleh masyarakat atau bangsa. Validitas isi
menunjukkan bahwa bahan ajar tidak dikembang secara asal-asalan. Isi bahan ajar
dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang relevan dengan bidang ilmu serta
sesuai dengan kemuktakhiran perkembangan ilmu dan hasil penelitian yang
dilakukan dalam bidang tersebut. Dengan demikian, isi bahan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah benar dari segi keilmuan. Validitas isi
sangat penting untuk diperhatikan agar bahan ajar tidak menyebarkan
keasalahan-kesalahan konsep (miskonsepsi) yang dapat dibawah siswa ke jenjang
pendidikan selanjutnya atau dalam kehidupan selanjutnya.
b. Ketepatan
cakupan
Ketepatan cakupan
berkenaan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalam isi atau materi,
serta keutuhan konsep berdasarkan keilmuan. Keleluasan dan kedalaman bahan ajar
sangat kerhubungan dengan konsep berdasarkan keilmuan. Dalam hal ini seberapa
besar topic yang disajikan oleh siswa? Seberapa dalam topic yang perlu dibahas
siswa lalu bagaimana keutuhan konsep yang kita sajikan?
c. Ketercernaan
bahan ajar
Isi bahan ajar dalam
bentuk/media apapun harus memiliki tingkat kecernaan yang tinggi. Dalam hal ini
artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh siswa dengan
mudah. Ada enam hal yang mendukung tingkat ketecernaan bahan ajar, seperti
berikut (1) pemaparan yang logis, (2) penyajian materi yang sistematis, (3)
contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman, (4) alat bantu yang memudahkan
untuk mempelajari bahan ajar (5) format yang penting dan konsisten Setiawan
(2007:1.46)
d. Penggunaan
bahasa
Dalam mengembangkan
bahan ajar, penggunaan bahasa menhadi salah satu faktor yang penting.
Penggunaan bahasa yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata,
penggunaan kalimat efektif, dan menyusun paragraph bermakna, sangat berpengaruh
terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar sudah cermat, menggunakan
format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang digunakan
tidak dimengerti oleh siswa maka bahan ajar tidak bermakna apa-apa.
e. Perwajahan/pengemasam
Perwajahan atau pengemasan
berperan dalam perancangan atau penataan letak informasi dalam satu halaman
cetak, serta pengemasan dalam paket bahan ajar multimedia. Menurut Setiawan
(20071.49) Penataan letak informasi untuk satu halaman cetak dalam bahan ajar
hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : (1) Narasai atau teks yang
terlalu padat, (2) bagian kosong, (3) penulisan grafik, point dan kalimat
pendek (4) gunakan system paragraph yang tidak rata pinggir (5) Gunakan grafik
atau gambar tertentu (6) sistem penoran yang benar dan konsisten (7) Gunakan
variansi huruf untuk menarik perhatian.
f. Ilustrasi
Penunggunaan ilustrasi
dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat, antara lain membuat bahan ajar menjadi
lebih menarik melalui variasi penampilan. Ilustrasi dapat dibuat sendiri
sebagai pengembangan bahan ajar jika mempunyai keterampilan menggambar yang
baik. Ilustrasi digunakan untuk memperjelas pesan atau infomasi yang
disampaikan. Selain itu, ilustrasi dimaksudkan untuk memberi variasi bahan ajar
sehingga menjadi menarik, memotivasi, komunikatif, membantu retensi dan
pemahaman siswa terhadap isi pesan.
g. Kelengkapan
komponen
Setiawan (2007:1.56)
mengungkapkan bahan ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama,
komponen pelengkap, komponen evaluasi hasil belajar. Komponen utama menjadi
lebih mudah dipahami jika dilengkapi dengan komponen pelengkap. Komponen
pelengkap biasanya terdiri dari bahan pendukung cetak (materi pengayaan,
bacaan, jadwal, silabus, peta materi, kliping kasus)
Terimakasi ilmunya. Mau nanya mas /mba. Refrensi Gravemeijer judulnya apa ya
ReplyDelete