Pages

Tuesday, December 29, 2015

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR



Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan Sudrajat  (Rohati,2011:68). Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Untuk itu bahan ajar hendaknya disusun agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Mahyuni (2012:38) berpendapat ada tiga prinsip yang diperlukan dalam pengembangan bahan ajar. Ketiga prinsip itu adalah relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Relevansi artinya keterkaitan atau hubungan yang erat. Kekonsistensi maksudnya keajagan tetap. Kecukupan maksudnya secara kuantitatif materi tersebut memadai untuk dipelajari.
Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksudnya adalah materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan adalah menghafalkan fakta, materi yang disajikan adalah fakta. Kalau kompetensi dasarnya meminta kemampuan melakukan sesuatu, materi pelajarannya adalah prosedur atau cara melakukan sesuatu.
Prinsip konsistensi adalah ketatabahasaan dalam pengembangan bahan ajar. Misalnya kompetensi dasar meminta kemampuan siswa untuk mengusai tiga konsep, materi yang disajikan juga tiga macam. Umpamanya kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa adalah menentukan fungsi dan relasi, materinya sekurang-kurangnya pengertian fungsi dan relasi, cara menentukan fungsi dan relasi , dan cara menggambarkan fungsi. Artinya apa yang diminta itulah yang diberikan.
Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup memadai untuk mencapai kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika materi terlalu sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat mencapai kompetensi dasar dengan memanfaatkan materi itu. Kalau materi terlalu banyak akan banyak pula menyita waktu untuk mempelajarinya. Kemudian dilanjutkan Nieveen (Gravemeijer, 2013:165) A high quality material referred to three critetia quality namely, validity,practicality and effectiveness. dengan kata lain bahan ajar yang baik harus memenuhi tiga kriteria, ketiga kriteria  tersebut ialah valid, praktis dan efektif.
Valid memiliki arti bahasa “seperti dan semestinya, berlaku atau sahih”. Menurut Nieveen (Gravemeijer, 2013: 165) Validity refers to the extent that the design of the intervention include "state of the art knowledge" (content validity) and the various components of the intervention are consistently linked to each other (construct validity). Maksudnya adalah aspek validitas dari material dilihat dari apakah berbagai komponen dari material itu terkait secara konsisten antara satu dengan yang lainnya, sehingga sebuah bahan ajar dikatakan valid jika bahan ajar dirancang berdasarkan rasional teoritik yang kuat dan berbagai komponen dalam bahan ajar tersebut konsisten secara internal. Dalam penelitian ini, kevalidan bahan ajar didasarkan menurut penilaian para ahli/validator
Praktis dalam arti bahasa bermakna “mudah digunakan dalam praktek”. Sedangkan definisi praktis menurut Nieven (Gravemeijer, 2013:165), Practicality refers to the extent that users (teachers and pupils) and other experts consider the intervention as appealing and usable in normal conditions (aspek kepraktisan dari material dilihat dari apakah guru dan siswa dapat menggunakan material tersebut dengan mudah). Bahan ajar dikatakan praktis jika hasil dari penelitian menunjukkan bahwa para siswa sebagai pengguna bahan ajar menganggap bahwa bahan ajar tersebut memenuhi kebutuhan, harapan, dan batasan-batasan
Efektif menurut arti bahasa adalah “dapat menimbulkan akibat, efek, atau pengaruh yang signifikan”. Effectiveness refers to the extent that the experiences and outcomes from the intervention are consistent with the intended aims, Nieveen (Gravemeijer, 2013:165). Dengan kata lain untuk mengukur tingkat keefektifan dilihat dari tingkat penghargaan siswa dalam mengikuti sebuah pembelajaran dan keinginan siswa untuk terus mengikuti pembelajaran tersebut. Sebuah bahan ajar jika bahan ajar secara positif berdampak pada siswa
Dalam mengembangkan bahan ajar yang baik, menurut Setiawan (2007:1.37) ada lima langkah utama yang sebaiknya diikuti, yaitu sebagai berikut ini.



 2.1 prosedur pengembangan bahan ajar
Sumber : Setiawan (2007:1.37)
  1. Tahap analisis merupakan tahap untuk mencari informasi mengenai perilaku dan karakteristik awal yang dimiliki siswa.
  2. Tahap perancangan adalah tahap perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan hasil analisis, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dam sumber, serta pemilihan strategi pembelajaran.
  3. Tahap mengembangkan merupakan tahap penulisan bahan ajar secara utuh.
  4. Tahap evaluasi merupakan tahap yang harus dilalui untuk memperoleh masukkan bagi penyempurnaan bahan ajar yang telah dikembangkan. Ada empat cara yang dapat dilakukan, yaitu telaah oleh ahli materi, uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil, dan ujicoba lapangan.
  5. Berdasarkan komentar yang diperoleh pada setiap tahap evaluasi, revisi dilakukan terhadap bagian bahan ajar yang perlu diperbaiki dan penyesuaian pada bagian lainnya agar bahan ajar yang dikembangkan tersebut menjadi bahan ajar yang utuh dan terpadu.

Faktor yang Dipertimbangkan dalam Mengembangkan Bahan Ajar


Beberapa faktor yang menjadi masalah kebahasaan dalam pengembangan bahan ajar meliputi: (1) Kalimat bermasalah yang mencolok dalam aspek keefektifan yang berupa kalimat baku, pemakaian kata dan kata penghubung yang sia-sia, (2) kalimat bermasalah dalam aspek keilmiahan, yaitu kalimat yang tidak efektif dan tidak hemat dalam pemakaian kelompok kata, (3) kalimat bermasalah pada penerapan EYD berupa (kekurangan tanda baca, ketidaktepatan pemakaian tanda baca, serta penulisan kata yang tidak tepat), dan (4) aspek kebakuan berupa tidak adanya subjek dan predikat, pemakaian kata yang tidak tepat dan pemakaian ungkapan yang tidak tepat (Supriadi, 2009:79) beberapa pendapat tersebut merupakan hal penting dalam penggunaan dan pengembangan bajan ajar untuk mendapatkan kualitas bahasa baku yang baik dan mudah dipahami oleh pembaca.
Disamping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt (Depdiknas, 2008:18) bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
-          susunan tampilan, yang menyangkut: urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur, stuktur koqnitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
-          Bahasa yang mudah, menyangkut : menggalinya kosa kata, jelasmya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
-          Menguji pemahaman, yang menyangkutL menilai melalui orangnya, checklist untuk pemahaman.
-          Stimulan, yang menyangkut : enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berpikir, menguji stimulan.
-          Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
-          Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet)
-           
 Kemudian ditambahkan oleh Setiawan (2007:1.40) pengembangan bahan ajar oleh guru, selain membutuhkan kreativitas unik, juga membutuhkan pengetahuan guru terhadap lingkungan sekitarnya agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan ketersediaan bahan/materi di sekitarnya (akrab lingkungan, berwawasan budaya) di samping itu guru juga harus memahami faktor-fakor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar seperti kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan, penggunaan bahasa, ilustrasi, perwajahan/pengemasan, serta kelengkapan komponen bahan ajar.
a.       Kecermatan isi
Kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran isi secara ilmiah dan keselarasan isi berdasarkan system nilai yang dianut oleh masyarakat atau bangsa. Validitas isi menunjukkan bahwa bahan ajar tidak dikembang secara asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang relevan dengan bidang ilmu serta sesuai dengan kemuktakhiran perkembangan ilmu dan hasil penelitian yang dilakukan dalam bidang tersebut. Dengan demikian, isi bahan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah benar dari segi keilmuan. Validitas isi sangat penting untuk diperhatikan agar bahan ajar tidak menyebarkan keasalahan-kesalahan konsep (miskonsepsi) yang dapat dibawah siswa ke jenjang pendidikan selanjutnya atau dalam kehidupan selanjutnya.

b.      Ketepatan cakupan
Ketepatan cakupan berkenaan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalam isi atau materi, serta keutuhan konsep berdasarkan keilmuan. Keleluasan dan kedalaman bahan ajar sangat kerhubungan dengan konsep berdasarkan keilmuan. Dalam hal ini seberapa besar topic yang disajikan oleh siswa? Seberapa dalam topic yang perlu dibahas siswa lalu bagaimana keutuhan konsep yang kita sajikan?
c.       Ketercernaan bahan ajar
Isi bahan ajar dalam bentuk/media apapun harus memiliki tingkat kecernaan yang tinggi. Dalam hal ini artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh siswa dengan mudah. Ada enam hal yang mendukung tingkat ketecernaan bahan ajar, seperti berikut (1) pemaparan yang logis, (2) penyajian materi yang sistematis, (3) contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman, (4) alat bantu yang memudahkan untuk mempelajari bahan ajar (5) format yang penting dan konsisten Setiawan (2007:1.46)
d.      Penggunaan bahasa
Dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa menhadi salah satu faktor yang penting. Penggunaan bahasa yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan menyusun paragraph bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang digunakan tidak dimengerti oleh siswa maka bahan ajar tidak bermakna apa-apa.

e.       Perwajahan/pengemasam
Perwajahan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam paket bahan ajar multimedia. Menurut Setiawan (20071.49) Penataan letak informasi untuk satu halaman cetak dalam bahan ajar hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : (1) Narasai atau teks yang terlalu padat, (2) bagian kosong, (3) penulisan grafik, point dan kalimat pendek (4) gunakan system paragraph yang tidak rata pinggir (5) Gunakan grafik atau gambar tertentu (6) sistem penoran yang benar dan konsisten (7) Gunakan variansi huruf untuk menarik perhatian. 
f.       Ilustrasi
Penunggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat, antara lain membuat bahan ajar menjadi lebih menarik melalui variasi penampilan. Ilustrasi dapat dibuat sendiri sebagai pengembangan bahan ajar jika mempunyai keterampilan menggambar yang baik. Ilustrasi digunakan untuk memperjelas pesan atau infomasi yang disampaikan. Selain itu, ilustrasi dimaksudkan untuk memberi variasi bahan ajar sehingga menjadi menarik, memotivasi, komunikatif, membantu retensi dan pemahaman siswa terhadap isi pesan.
g.      Kelengkapan komponen
Setiawan (2007:1.56) mengungkapkan bahan ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama, komponen pelengkap, komponen evaluasi hasil belajar. Komponen utama menjadi lebih mudah dipahami jika dilengkapi dengan komponen pelengkap. Komponen pelengkap biasanya terdiri dari bahan pendukung cetak (materi pengayaan, bacaan, jadwal, silabus, peta materi, kliping kasus)

1 comment:

  1. Terimakasi ilmunya. Mau nanya mas /mba. Refrensi Gravemeijer judulnya apa ya

    ReplyDelete